Read more: http://ino-yasha.blogspot.com/2012/08/membuat-title-blog-pada-tab-bergerak.html#ixzz2Ic3jkk6X
Sastra Collection. Diberdayakan oleh Blogger.
Zayn Malik

My Cerpen by Sastra Collection


Pokok – Pokok Cerita

  1. Ikhsan mengunjungi toko buku
  2. Ikhsan membaca sebuah buku di toko itu hingga larut malam
  3.  Pak Herman mengambil buku yang sedang dibaca Ikhsan
  4. Pak Herman menutup pintu toko
  5. Ikhsan kembali ke toko buku yang kemarin ia kunjungi
  6. Ikhsan kecewa melihat buku buku yang dilarang untuk dibaca
  7. Bu Maya melihat kesulitan yang dihadapi Ikhsan
  8.  Bu Maya dan Pak Herman memberi buku kepada Ikhsan
  9.  Ikhsan berterimakasih dan bersalaman dengan Pak Herman dan Bu Maya
  10.  Bu Maya dirawat di rumah sakit
  11. Pak Herman terkejut karena biaya administrasi rumah sakit telah lunas
  12. Pak Herman bertemu Ikhsan
  13. Ikhsan membalas kebaikan Pak Herman dan Bu Maya
  14. Pak Herman mengingat kejadian 5 tahun yang lalu
  15. Pak Herman dan Ikhsan menghampiri Bu Maya
  16. Pak Herman dan Bu Maya berterimakasih pada Ikhsan
KU RAIH SUKSES DENGAN BUKU ITU

Ikhsan. Nama yang indah, untuk seorang pemuda tampan yang berpenampilan sederhana. Sore itu, setelah pulang  dari kampus, ia mengunjungi sebuah toko buku. Sesampainya di sana, ia bertemu Pak Herman, sang pemilik toko.
            “Permisi pak, saya ingin menacari buku sastra. Apakah ada?” Tanya Ikhsan ramah.
            “Oh ada. Tunggu sebentar nak, bapak ambilkan dulu” Ucap Pak Herman pada Ikhsan.
            Pak Herman memilah-milah buku di beberapa rak buku. Sekerjap, ia memberinya kepada Ikhsan. Ikhsan pun mengukir sedikit senyum tanda terimakasih kepada Pak Herman.
            Lalu, Ikhsan membuka lembar demi lembar halaman dari isi buku tersebut. Ia nampak membacanya dengan serius, kebetulan didukung oleh suasana lengang sekitar pertokoan yang juga membuat rasa hening keadaan. Nampaknya, Bu Maya, istri Pak Herman melihat keuletan Ikhsan dalam menekuni buku yang dibacanya. Ia salut dengan kegigihan Ikhsan.
            Matahari tenggelam, senja pun datang. Awan hitam telah menyelimuti langit saat itu. Tapi, sosok pemuda tadi masih terpaku pada buku yang dibacanya.
            “Sini! Kembaliin bukunya! Toko udah tutup. Sekarang, kamu pergi!”Sekerjap Pak Herman, sang pemilik toko berteriak dan menarik paksa buku dari genggaman Ikhsan
            Sontak, Ikhsan yang tengah asyik membaca buku pun terkejut. Ia tak bisa berkutik, lantas Ikhsan pun memutuskan untuk pergi.
                                                            * * *
Esoknya, ia kembali mengunjungi toko buku tersebut. Niatnya, masih seperti kemarin. Tapi, kali ini dengan suasana berbeda. Ikhsan pergi ditemani derasnya guyuran hujan. Pastilah kemeja yang dipakainya basah kuyup dipenuhi oleh air. Bahkan setibanya di sana, saat Ikhsan ingin melanjutkan kembali bacaannya yang tertunda kemarin ternyata di rak buku itu tertulis “Membuka berarti membeli”. Pupus sudah harapannya hari itu. Ikhsan memutuskan untuk pergi, langkahnya sangat lunglai. Melihat kekecewaan di wajah Ikhsan, membuat hati Bu Maya tergelitik untuk menolongnya. Bu Maya mengucapkan sesuatu kepada Pak Herman. Entah itu apa.
“Tunggu nak!”Cegah Bu Maya menghentikan langkah Ikhsan. Merasa ada yang memanggil, Ikhsan pun menghentikan langkahnya dan mencari sumber suara itu datang.
“Ini untuk kamu. Maaf kemarin bapak bersikap keras terhadap kamu”Ujar Pak Herman sembari menyodorkan sebuah buku kepada Ikhsan.
Ikhsan merasa heran dengan apa yang terjadi kala itu.
“Sudah, ambil saja. Ibu tahu, kamu sanagt menginginkan buku itu”Bujuk Bu Maya.
“Anggap saja ini sebagai tanda maaf atas sikap suami saya kemarin”Lanjutnya.
“Terimakasih banyak pak, bu. Saya akan selalu ingat kebaikan kalian”Ucap Ikhsan lalu mencium tangan Pak herman dan Bu Maya.
                                                            * * *
            5 tahun kemudian …….
            Bu Maya jatuh sakit. Terpaksa, ia harus mendapat perawatan khusus. Untuk beberapa hari kedepan, ia harus rawat inap di rumah sakit.
Kurang lebih 3 hari sudah Bu Maya dirawat. Diperkirakan, besok atau lusa Bu Maya sudah diperbolehkan pulang. Untuk itu Pak Herman, Suami Bu Maya berencana mengurusi biaya administrasi perawatan istrinya. Sesampainya di resepsionis, ia menyerahkan bingkisan berwarna coklat yang di dalamnya berisi beberapa lembar uang. Mulanya, uang itu Pak Herman gunakan untuk melunasi sebagian biaya perawatan istrinya. Tapi ternyata, suster itu menyerahkan secarik kertas kepada Pak Herman. Nampaknya, itu surat biaya perawatan dari rumah sakit. Tapi anehnya, di kertas tersebut terdapat cap rumah sakit yang bertuliskan “LUNAS!”. Pak Herman terkejut melihatnya. I­­a merasa heran, siapa yang telah melunasi semuanya?
“Suster, siapa yang melunasi biaya perawatan istri saya?”Tanya Pak Herman penasaran.
Sebelum suster itu menjawab, tiba-tiba saja ada yang menepuk pundak Pak Herman.
“Pak…….”Ucapnya lembut.
Lantas, Pak Herman memutar balik tubuhnya menghadap sosok di belakangnya. Pak Herman terkesiap melihatnya. Ternyata, sosok itu ialah seorang dokter muda yang tampan. Lengkap dengan jas putih yang dibaluti dengan kemeja di dalamnya. Terlukis juga senyum indah dari bibirnya. Pak Herman menatap lekat-lekat wajah sang dokter muda itu. Ia membayangkan kejadian 5 tahun silam. Pak Herman tak menyangka dengan apa yang dilihatnnya sekarang.
“Ini saya Ikhsan pak. Mahasiswa yang pernah diberi buku oleh bapak” Ucap Ikhsan.
“Jadi, kamu yang sudah melunasi biayanya?” Tanya Pak Herman penasaran.
Ikhsan mengembangkan senyum seraya meng’iya’kan pertanyaan Pak Herman.
“Makasih ya pak. Buku yang pernah bapak beri kepada saya sangat bermanfaat. Berkat buku itu juga, saya bisa seperti ini”Ucapnya kepada Pak Herman.
Suasana pun menjadi hening, penuh haru. Menurut Ikhsan, saat seperti inilah waktu dimana ia membalas kebaikan Pak Herman dan Bu Maya.
“Oh ya pak, bagaimana keadaan Bu Maya? Boleh saya menjenguk?”Tanya Ikhsan cemas.
“Oh tentu. Mari saya antar ke ruang rawat istri saya”Ajak Pak Herman.
Sesampainya di ruangan, di sana terdapat wanita paruh baya yang duduk lunglai di kursi roda. Wajahnya yang kini mengeriput, rambutnya yang memutih, tak menghilangkan kebaikan yang pernah dilakukan Bu Maya di mata Ikhsan. Ternyata, Bu Maya sangat senang dengan kehadiran Ikhsan. Pak Herman menjelaskan apa yang telah terjadi. Bu Maya mengucapkan terimakasih kepada Ikhsan lalu, Ikhsan mencium tangan Pak Herman dan Bu Maya. Kejadian itu, mengingatkan kembali pada kisah 5 tahun silam.
                                                * * *


Vika Mubarokah
IX – A
Sumber : Iklan Djarum ‘Hikmah Puasa Ramadhan (Part I & Part II)’

Sastra Collection, Vika Mubarokah, Coretan Vivilo.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar